Minggu, 12 Januari 2025

asal usul ondel”

Budaya Daerah Ondel Ondel Khas Betawi

   Ondel-ondel adalah kesenian khas masyarakat Betawi. Figurnya selalu menemani perayaan kebudayaan di wilayah Jakarta. Secara historis, ondel-ondel sudah ada sebelum 1.600 Masehi. Bukti ini tercatat dalam buku perjalanan yang ditulis oleh seorang pedagang dari Inggris bernama W. Scot.
    W. Scot menulis, ada kebudayaan unik yang berbentuk boneka raksasa dan dipertunjukkan oleh masyarakat Sunda Kelapa dalam sebuah upacara adat. Pertunjukan boneka raksasa dalam buku catatan W. Scot itu tidak disebutkan namanya, tetapi para ahli meyakini, jenis boneka yang dimaksud adalah ondel-ondel. 
   Boneka raksasa yang terbuat dari kertas ini memiliki sejarah yang diceritakan secara turun temurun. Dulunya, ondel-ondel dibuat untuk keperluan upacara adat penyembuh wabah penyakit.



Sejarah awal mula keberadaan ondel-ondel diyakini sudah ada sejak zaman nenek moyang. Hal ini sebagaimana yang diyakini oleh para sesepuh adat Betawi dalam buku Kesenian Nasional 6 Ondel-Ondel karya Kustopo.

Pada masa itu, ondel-ondel dibuat untuk keperluan upacara adat, yaitu upacara tolak balak. Upacara tolak balak adalah upacara yang diselenggarakan untuk mengusir wabah penyakit yang menyerang pada suatu perkampungan.

Menurut cerita turun temurun, kisah awal mula kelahiran ondel ondel bermula dari seorang penduduk di sebuah kampung negeri Sundapura yang mengalami sakit panas. Sakit yang diderita membuat tubuhnya menggigil, muncul bintik kemerahan, hingga mengigau.

Pada pagi harinya, ternyata ada orang lain yang mengalami sakit yang sama. Hari berikutnya, bertambah lagi dan bertambah terus, sehingga hampir seluruh penduduk di kampung itu mengalami sakit dan terjadilah wabah penyakit.

Waktu itu, berdasarkan penuturan Kustopo, belum mengenal adanya dokter apalagi rumah sakit. Bila ada orang yang sakit maka dukun yang mengobatinya. Namun, dukun yang ada di kampung itu dilanda kebingungan dengan wabah yang menyerang kampungnya.

Dikisahkan, dukun tersebut bermeditasi untuk mencari petunjuk obat mujarab dari Yang Maha Kuasa dalam menemukan. Dari meditasinya, sang dukun memperoleh pesan (wangsit) untuk membuat bentuk orang-orangan yang ukurannya sangat besar.

"Orang-orangan ini disebut sebagai perwujudan dewa penolong yang akan mengusir roh-roh jahat di kampung," tulis Kustopo.

Akhirnya, penduduk kampung itu membuat orang-orangan berbentuk besar tanpa nama. Dengan mantra-mantra dan sajen yang diberikan oleh sang dukun, orang-orangan yang diyakini dirasuki dewa penolong itu pun dipikul dan diarak oleh masyarakat guna melawan dan mengusir penyakit serta roh-roh jahat.

Ternyata, menurut cerita Kustopo, apa yang dilakukan oleh sang dukun dan warga kampung itu membuahkan hasil. Selang beberapa hari, seluruh penduduk dinyatakan sembuh atas wabah penyakit tersebut.

Akhirnya, masyarakat meyakini, orang-orangan yang dibuat itu merupakan sarana untuk meminta pertolongan dari kekuatan-kekuatan gaib. Setiap musim, acara tersebut dijadikan upacara ritual yang diselenggarakan untuk menyelamatkan kampung dari serangan roh-roh jahat.

Lambat laun, upacara mengiringi orang-orangan ini menjadi kebiasaan adat. Acara ini dirancang dan ditata dengan baik dan sempurna. Pemukulan kentongan diatur dengan indah dan tertib, sehingga memunculkan irama yang merdu dan jadilah musik pengiring yang enak didengar telinga.

8 komentar: